Download aplikasi Takwa di Google Play Store

Taubat Nasuha dan Syarat Diterimanya Taubat

Taubat Nasuha dan Syarat Diterimanya Taubat

Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa setiap anak adam adalah pendosa. Hal itu karena manusia tidak selalu sadar bahwa dosa bisa dilakukan dengan perbuatan, perkataan bahkan isyarat hati. Semuanya tidak ada yang terlewat untuk dicatat oleh malaikat pencatat amal. Maka akan tidak bijaksana apabila Islam tidak menawarkan jalan keluar untuknya, dari itu disyariatkan lah taubat nasuha.

Taubat nasuha menurut penjabaran Imam Ath Thabari dalam tafsirnya mengutip periwayatan dari shahabat Umar bin Khattab RA bermakna, kembali ke pada Allah SWT dari kesalahan dengan tekad untuk tidak kembali pada perbuatan buruk itu. Pensyariatan taubat telah ada sejak manusia pertama di bumi, yaitu nabi Adam AS. Semua terekam jelas di QS Al Baqarah, 37.

Dalam ayat lainnya Allah SWT seakan tidak ingin meninggalkan manusia untuk tercebur dalam lubang dosa dan menghimbau hamba-Nya untuk bertaubat. Salah satunya dalam QS Al Maidah, 74.

أَفَلَا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Apakah mereka tidak bertaubat pada Allah dan memohon ampun ke pada-Nya? Dan Allah adalah maha Pengampun dan maha Penyang.”

Bahkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, turut digambarkan pengandaian betapa gembiranya Allah SWT akan taubat dari seorang hamba: 

لَلهُ أشدُّ فرحًا بتوبة عبده حين يتوب إليه من أحدكم كان على راحلَته بأرضٍ فَلَاة، فانفلتت منه وعليها طعامه وشرابه، فأيسَ منها، فأتى شجرةً فاضطجَعَ في ظلِّها قد أيس من راحِلَته، فبينا هو كذلك إذا هو بها قائمةً عنده، فأخذ بخِطامها، ثمَّ قال مِن شدَّة الفرح: اللهمَّ أنت عبدي وأنا ربُّك، أخطأ من شِدَّة الفَرح

Install Takwa App

Kegembiraan Allah SWT saat melihat taubat seorang hambanya lebih besar dari gembira seorang yang sedang mengendarai tunggangannya di sebuah tanah antah berantah, kemudian tunggangannya itu kabur dengan segala perbekalannya. Ia berputus asa karenanya sambil bersandar pada sebuah pohon, di saat itu kemudian ia menemukan tunggangannya berada di sebelahnya, kemudian ia lantas memegang talinya. Kemudian karena senangnya, ia berkata, Ya Allah engkau lah hambaku dan aku Tuhan mu, ia salah berucap karena begitu bahagianya. 

Baca juga: Bohong untuk Kebaikan, bolehkah?

Syarat diterimanya taubat nasuha

Tentunya taubat tanpa kesungguhan adalah omong kosong. Maka dari itu terdapat beberapa syarat yang perlu dipenuhi bagi seorang pendosa yang hendak bertaubat. Di antaranya adalah:

Menguatkan niat karena Allah SWT

Niat adalah sebuah tekad yang datang dari dalam hati seorang manusia. Seorang pendosa jika ingin bertaubat hendaknya memulainya dengan menjadikan Allah SWT sebagai tujuan. Jika bukan karena-Nya maka taubat seseorang akan mudah untuk goyah, hanya ke pada Tuhan yang maha Pengampun maka hati seorang hamba akan mantap untuk kembali pada jalan kebaikan.

Berlepas dari dosa

Kesungguhan kedua dinilai dari konsistensi dari hamba untuk meninggalkan dosa yang telah ia lakukan. Seorang pemabuk misalnya, apabila benar ia hendak bertaubat nasuha maka sebisa mungkin ia menghindari minuman keras. Mungkin di awal akan terasa betapa berat hal itu dilakukannya. Berbagai konsekuensi lainnya tentu akan dia temukan seperti dikucilkan teman, dicibir, dan dihina. Namun yakin lah bahwa Allah SWT akan menggantinya dengan hal yang jauh lebih baik.

  Penyesalan atas perbuatan

Persyaratan ini disebut sebagai yang terbesar pengaruhnya. Penyesalan dianggap sebagai landasan seseorang bahwa apa yang telah dilakukannya adalah sebuah kesalahan yang tidak boleh untuk ia lakukan lagi. Harapan dari penyesalan ini adalah keengganan dari hamba untuk kembali pada jurang dosa dan menaati perintah dan larangan Allah SWT.

Tekad untuk tidak kembali

Setelah menyesali semua yang telah terlewat selanjutnya adalah tekad yang kuat dari dalam hati untuk tidak masuk kembali dalam jurang dosa. Tekad ini dapat tumbuh dengan kesadaran mudharat dari apa yang telah ia lakukan. Minuman keras misalnya, tekad seorang hamba dapat lebih kuat lagi jika ia mengetahui bahwa minuman keras dapat menghilangkan kesadarannya dan memperburuk kesehatan. 

Mengembalikan hak yang telah direnggutnya

Jika dosa berkaitan dengan orang lain, maka pendosa wajib untuk mengembalikan apa yang telah ia ambil. Koruptor sebagai misal, sebagai tanda bahwa taubatnya adalah kesungguhan maka ia wajib untuk mengembalikan hak orang lain yang telah ia rampas. Ala kulli haal, taubat nasuha datang dari dalam diri seseorang dan faktor luar hanya dapat mengarahkan. Kesungguhan perlu datang dari seorang hamba jika hendak taubatnya diterima oleh Allah SWT.

 

Wallahua’lam bishowab

_

 

Penulis:

Albi Tisnadi Ramadhan,

Sedang menempuh studi di Universitas Al Azhar, Kairo. Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab.

 

Editor:

Azman Hamdika Syafaat

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *