Download aplikasi Takwa di Google Play Store

Sholat Tahajud dan Sepertiga Malam

Sholat Tahajud dan Sepertiga Malam

Sholat tahajud adalah sebuah ibadah yang amat mulia. Setelah Sholat wajib yang lima, sholat tahajud mendapatkan keutamaan setelahnya, Rasulullah SAW bersabda:

 أفضلُ الصيامِ بعدَ رمضانَ شهرُ اللهِ المحرَّمُ, وأفضلُ الصلاةِ بعدَ الفريضةِ صلاةُ الليلِ.

Dari Abu Hurairah RA: “Puasa paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Muharram, dan sholat yang paling utama setelah yang wajib adalah sholat malam (tahajud).”

Keutamaam sholat tahajud juga disebutkan oleh Al Quran dalam beberapa ayat, salah satunya adalah ayat berikut:

تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS As Sajdah 16)

Sebagian besar mufassir menyatakan maksud dari ayat ini merujuk pada sikap seorang mukmin yang melakukan shalat tahajud. Yaitu mereka yang junubuhum (lambung)nya jauh dari tempat tidur. Ini adalah bentuk gaya bahasa yang menyebut bagian tubuh dengan maksud keseluruhan. Yaitu sikap orang yang terjaga dari tidur.

Install Takwa App

Serta banyak lagi ayat dan hadis lain yang menyanjung orang-orang yang “rela” terjaga di malam hari untuk melakukan ibadah sholat tahajud. Akan tetapi pernahkah terlintas dalam pikiran anda, mengapa Allah SWT mengkhususkan waktu tengah malam hingga sepertiga akhir untuk ibadah agung ini?

Rahasia waktu sholat tahajud

Allah SWT telah menjadikan waktu siang untuk bekerja dan malam untuk ketenangan.

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَسْمَعُونَ

“Dia lah yang menjadikan bagi kalian malam untuk ketenangan di dalamnya, dan siang terang benderang (untuk bekerja) sesungguhnya di dalam ini terdapat tanda-tanda bagi orang yang mendengar.” Kata sakiinah (ketenangan) ditafsirkan oleh sebagian ahli sebagai waktu bersama keluarga, saat melepas penat setelah pekerjaan.

Akan tetapi andai kita menelaah lebih jauh, kata “ketenangan” ini dapat berkonotasi lain daripada sekedar “merehatkan” tubuh dari aktivitas. Ketenangan dalam ayat di atas bisa menjadi sebuah kesempatan langka dan spesial untuk mendapatkan karunia Allah SWT dengan cara mendekatkan diri pada Allah. Karena pada ayat lain, ketenangan sekaligus disertakan dalam kata “siang dan malam”:

وَمِن رَّحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِن فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. (QS Al Qashas, 73)

Dengan ini secara tidak langsung Allah SWT hendak memberikan himbauan bahwa setiap waktu yang dibentangkan siang dan malam memiliki kesesuaian tersendiri, yaitu siang untuk bekerja dan malam untuk beribadah. Pendapat ini semakin diperjelas dengan hadis dari Abu Hurairah RA:

 فعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: «أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ» (رواه البخاري).

  “Sesungguhnya Rasulullah SAW berkata: Tuhan “turun” di setiap malam menuju langit-langit dunia, hingga tersisa sepertiga akhir dari malam maka Dia berkata ‘siapa yang berdoa pada Ku, untuk Aku ijabahi, siapa yang meminta pada ku, untuk Aku beri, siapa yang beristighfar pada ku, maka akan ku ampuni ia.” (HR Bukhari)

Maka, dari penjabaran di atas jelas sudah, malam hari, dan yang lebih utama adalah di sepertiga malam adalah waktu yang paling tepat untuk beribadah. Di masa itu, Allah SWT memberikan keutamaan bagi hambanya yang menyediakan waktu tertentu untuk beribadah mendekatkan diri kepada-Nya.

Karena faktor kesunyian dan ketenangan di waktu ini, melakukan ibadah seperti dzikir, sholat dan beristighfar pada waktu malam akan dapat meningkatkan kekhusyukan seorang hamba di hadapan Tuhannya. Tentu hal ini akan mempengaruhi ketenangan jiwa dan fikiran dari sang hamba, yang pada akhirnya memberikan dampak positif dalam melakukan aktifitas di siang hari.

Baca juga: Mengenal Imam An Nasai, Pengarang Sunan Al Mujtaba

Selain itu, dengan bangun di malam hari menjadi semacam bukti keimanan hamba di hadapan Tuhannya yang secara otomatis mengeluarkan ia dari golongan orang-orang lengah. Hamba yang beribadah dalam kondisi sunyi tanpa dilihat seorang pun kecuali Allah SWT membuktikan kualitas ibadah yang tulus dan ikhlas demi ganjaran Allah SWT.

إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا

“Sungguh, masa pada malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan pada waktu itu) lebih berkesan.” (QS Al Muzzamil, 6).

Wallahua’lambishawab

_

 

Penulis:

Albi Tisnadi Ramadhan,

Sedang menempuh studi di Universitas Al Azhar, Kairo. Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab.

 

Editor:

Azman Hamdika Syafaat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *