Download aplikasi Takwa di Google Play Store

Sama, Dia Yang Pendengarannya Tidak Terbatas Ruang dan Waktu

Sama, Dia Yang Pendengarannya Tidak Terbatas Ruang dan Waktu

Dalam menjalani kehidupannya manusia kerap merasakan himpitan dan tekanan, hingga tidak jarang mereka hingga menempuh jalan yang sungguh jauh dari kata “solusi.” Minuman keras, obat-obatan terlarang dan hiburan malam tidak ragu untuk menjadi pelampiasan. Manusia lupa bahwa untuk segala permasalahan akan ada selalu Dia yang dengan setia mendengar rintihan dan aduhan. Dia yang memiliki sifat sama, yang mendengar segala, tidak terbatas pada ruang dan waktu. Dia mendengar segala yang nyata dan tersembunyi, hingga pada suara gumaman hati Dia mendengarnya.

Secara definisi para ulama akidah mendefiniskan sifat sama sebagai sifat Allah Swt yang azali dengannya terdengar segala hal walaupun tersembunyi. Sifat ini bersifat qadim, tidak berawal bersama dzat-Nya yang dapat menyingkap segala hal yang dapat terdengar tanpa memerlukan alat. Pendengaran Allah Swt tidaklah terbatas tempat dan jarak sebagaimana manusia dan makhluk lainnya yang memiliki kemampuan pendengaran yang dibatasi oleh besaran volume dan jarak.

Di antara ayat-ayat yang membahas tentang sifat ini adalah:

–          Qs Al Hajj 75

ٱللَّهُ يَصْطَفِى مِنَ ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ ٱلنَّاسِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌۢ بَصِيرٌ

“Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Imam Ath Thobari dalam tafsirnya tentang ayat ini berkata, sesungguhnya ayat ini turun kepada musyrikin Quraisy yang meyakini bahwa Al Quran turun dari pada mereka, bukan dari pada Allah Swt. Lantas Allah Swt menyatakan bahwa Dia Maha Mendengar dan Melihat perbuatan mereka. Dan sesungguhnya Al Quran diturunkan kepada siapapun yang Dia kehendaki.

Install Takwa App

–          Qs  Maryam 42

إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَٰٓأَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِى عَنكَ شَيْـًٔا

“Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?”

Ayat ini mengisahkan tentang nabi Ibrahim As yang mempertanyakan perihal sesembahan ayahnya yang tidak dapat mendengar dan melihat serta tidak dapat memberikan kemanfaatan walau sedikit pun. Di lain sisi secara eksplisit ayat ini menegaskan bahwa pendengaran adalah di antara sifat yang seyogyanya dimiliki oleh dzat yang dinamakan Tuhan. Secara tidak langsung ayat ini seakan berkata, bagaimana sebuah dzat yang tidak dapat mendengar bisa memberikan manfaat bagi engkau?

Baca juga: Malaikat dan Tugasnya, Definisi dan Hukum Mengimaninya

Sementara di antara hadis nabi Saw yang menyatakan sifat sama adalah:

أنَّ النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم لما سمِع أصحابَه رفَعوا أصواتَهم بالتكبيرِ قال صلَّى اللهُ عليه وسلَّم أَربِعوا على أنفسِكم فإنَّكم لا تَدعونَ أصمَّ ولا غائبًا، إنما تَدعونَ سميعًا بصيرًا، إنَّ الذي تَدعونَ أقرَبُ إلى أحدِكم مِن عُنُقِ راحلتِه

“Bahwa nabi Saw saat mendengar sahabat-sahabatnya mengangkat suara mereka untuk bertakbir, Rasulullah Saw berkata, lembutkanlah diri kalian, sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada yang tuli dan ghaib, sesungguhnya kalian berdoa pada yang maha mendengar lagi maha melihat. Sesungguhnya yang kalian berdoa dengannya lebih dekat ke pada kalian dari pada leher dari tunggangannya.”

Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari sifat sama

Sifat Allah Swt Yang Maha Mendengar secara langsung memberikan kepada manusia pelajaran bagaimana cara bertakwa. Takwa adalah melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarang. Manusia apabila meresapi makna sifat ini maka ia akan senantiasa mawas diri, yaitu memikirkan segala hal yang akan dilakukan. Ia menyadari bahwa Allah Swt membersamainya, mendengar segala apa yang ia katakan, bahkan niatan buruk yang ia suarakan dalam hati ia selalu mendengarnya.

Pada akhirnya sifat sama ini akan berbuah pada sebuah jiwa paripurna yang terbimbing atas arahan dari Allah Swt. Melaksanakan ibadah-ibadah yang akan mendekatkannya pada Allah Swt.  Dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Sahih-nya menyebutkan

وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ: كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ

dan hamba-hamba-Ku selalu berdekatakan kepada Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Dan apabila aku mencintainya, Aku menjadi pendengar yang ia mendengar dengan-Nya.”  Imam Badruddin Al Aini menjelaskan hadis ini dengan mengutip kalam Ad Dawudi, ini adalah majaz yang dimaksudkan bahwa Allah Swt akan menjaga segala anggota badannya (termasuk pendengara) hingga ia tidak tertimpa bencana.

Wallahua’lam bishowab

_

 

Penulis:

Albi Tisnadi Ramadhan,

Sedang menempuh studi di Universitas Al Azhar, Kairo. Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab.

 

Editor:

Azman Hamdika Syafaat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *