Palestina adalah satu-satunya negara di atas muka bumi yang belum merasakan kemerdekaan. Selepas penjajahan Inggris tahun 1947, praktis kaum zionis diberikan otoritas untuk menempati sebagian tanah dari Palestina. Bagi bangsa Yahudi yang tidak pernah memiliki legalitas kediaman pada suatu daerah pun hal ini merupakan sebuah kesempatan yang perlu dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin. Perlu diketahui pada periode ini adalah hanya sepenggal kecil dari kisah perjuangan Palestina yang seperti tidak ada habisnya, pertanyaannya adalah sampai kapan perjuangan ini akan berakhir?
Nabi Muhammad Saw pernah bersabda dalam periwayatan Imam Ahmad dalam Musnadnya, “sekelompok umat ku masih berada dalam kebenaran dan menunjukannya, perkasa atas musuh mereka, kecuali mereka yang terkena penyakit hingga datang ketetapan Allah Swt dan mereka masih tetap pada kedudukannya.” Para sahabat lantas bertanya, di mana kah mereka wahai Rasulullah? “Baitul Maqdis dan tulang punggung yang menopangnya.” Isyarat Rasulullah ini telah lampau disebut sejak 1400 tahun yang lalu, dan hingga kini perjuangan Palestina masih belum juga nampak kapan kan berakhir.
Penulis mencoba untuk mempersempit pembahasan dengan menitik beratkan pada status quo dari perjuangan Palestina modern. Sebagaimana diketahui Palestina adalah salah satu tanah peradaban tertua di dunia, dalam periwayatan Bukhari, nabi Adam As adalah nabi yang ditugaskan oleh Allah Swt untuk membangun Masjid Al Aqsha, masjid ke dua di dunia. Selanjutnya, nabi-nabi bani Israel turut serta mendatangi tanah ini, tidak terkecuali tiga nabi sumber agama langit berasal yaitu: Musa As, Isa As dan Muhammad Saw. Fakta ini menunjukan bahwa Palestina penting bagi tiga umat beragama sekaligus, Islam, Nasrani dan Yahudi.
Perjuangan Palestina dari berbagai aspek
Sebelum meninjau aspek perjuangan Palestina, penulis ingin mengabarkan kondisi terkini dari Palestina. Baru-baru ini tentara penjajah Israel telah merangsek dan menerobos banyak rumah di pesisir barat Palestina dan menahan para penghuninya, kompleks pemakaman nabi Yusuf juga dikabarkan telah dihancurkan oleh alat berat dari Israel. Selain itu 8000 lebih satuan pemukiman juga telah direncanakan akan dibangun pada periode yang akan datang. Belum lagi penodaan “harian” yang selalu dilakukan oleh zionis ekstrim pada masjid Al Aqsha dengan perlindungan dari para tentara Israel.
Dewasa ini Perjuangan Palestina memang patutnya ditinjau dari berbagai aspek, hal ini tentunya karena dampak perusakan yang telah dilakukan oleh penjajah Israel yang tidak hanya mengincar aspek kekultusan Al Quds dan Palestina, akan tetapi juga dalam aspek sosial, politik dan budaya. Dari aspek sosial, penjajahan Palestina telah menyebabkan sebagian warga Palestina mengungsi dan mencari suaka ke luar negeri. Sementara yang tersisa di dalam negeri tertatih untuk mendapatkan hak dasar kehidupan seperti pangan, pendidikan dan kepemilikan tanah.
Kondisi ini lantas dijawab oleh lembaga organisasi internasional, salah satunya PBB, yang mencoba untuk mengirimkan utusan HAM nya untuk meninjau kondisi lapangan di Palestina, akan tetapi mereka terkendali karena otoritas Israil hingga hari ini belum memberikan izin untuk memasuki daerah kekuasaan mereka. Selain itu tidak jarang Palestine Liberation Organization (Organisasi Pembebasan Palestina) menyuarakan agar masyarakat internasional juga turut menekan Israel agar mengurungkan wacana tersebut.
Dari faktor budaya dan situs yang dijaga, tidak terhitung kali jumlahnya Israil telah merusak kompleks Al Quds yang menjadi kawasan warisan peninggalan dari tiga situs agama terkemuka, Mesjid Al Quds dari Islam, Church of the Sepulchre dari Kristen, dan The Western Wall atau Tembok Ratapan dari Yahudi. Khusus untuk Masjid Al Aqsha, Israel secara sepihak telah membangun terowongan memanjang guna tujuan merubuhkan Al Aqsha.
Sementara dari aspek perpolitikan, nampak Palestina lebih sering gigit jari. Pasalnya suara para pimpinan politiknya tidak jarang hanya menjadi tagline di media mainstream, tanpa ada tindakan nyata penanggulangan. Sejak PBB menyatakan pembagian dua kawasan antara Palestina dan Israel pada tahun 1967, prakstis kemunduran demi kemunduran yang justru dirasakan, meskipun begitu berbagai organisasi Internasional seperti Organisasi Kerjasama Islam (OKI) tidak hentinya menyuarakan kejahatan Israil. Baru-baru ini OKI mengecam pembunuhan pada seorang anak Palestina berumur 13 tahun dan menyeru pihak berwenang untuk mengidentifikasi, juga kecaman lainnya terkait pembakaran sebuah gereja di kawasan Al Quds.
Baca juga:Kalam, Memahami Kalamullah dari Perspektif Ahlus Sunnah
Jika dilihat dari berbagai aspek tadi, selayaknya sebagai seorang muslim yang mengetahui posisi Palestina dengan Masjid Al Aqsha di dalamnya kita perlu bertanya, di mana kah posisi kita dan tanggung jawab apa yang mesti diemban oleh seorang muslim di masa genting ini. Rasulullah dalam hadis mengubah sebuah kemungkaran menawarkan tiga cara bagi para umatnya dalam berbuat. Pertama, apabila kita memiliki kekuatan selayaknya penguasa maka wajib untuk mengubah dengan menggunakan otoritasnya. Kedua, apabila memiliki ilmu dan wawasan maka wajib untuk berbicara dan menggunakan lisannya demi rekonsiliasi Palestina. Ketiga, andai kekuasaan dan ilmu tidak kita miliki, hendaklah ia berdoa bersimpuh ke pada Allah Swt agar penderitaan bangsa Palestina segera berakhir.
Wallahua’lam bishowab
_
Penulis:
Albi Tisnadi Ramadhan,
Sedang menempuh studi di Universitas Al Azhar, Kairo. Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab.
Editor:
Azman Hamdika Syafaat