Kalender hijriah sudah memasuki tahun ke 1442 H, tapi ternyata umur penanggalan Hijriah lebih muda dibanding tahun yang sudah dilewati. Penanggalan Hijriah yang berumur 1442 tahun, bukan lah dimulai 1442 tahun yang lalu, namun kurang lebih baru berusia 1426 tahun , lebih muda sekitar 16 tahun, karena penanggalan baru dimulai saat masa Khalifah Umar bin Khattab, lalu bagaimana sebelum tahun 16 H, kalender mana yang digunakan umat muslim kala itu?
Penanggalan Sebelum Islam
Sebelum Islam datang, masyarakat Arab belum mengenal penanggalan yang kita ketahui sekarang, untuk mengetahui tahun, mereka menjadikan kejadian-kejadian besar yang terjadi sebagai patokan. Hal ini juga dilakukan oleh banyak peradaban lainnya, mereka menjadikan suatu kejadian besar sebagai patokan penanggalan mereka.
Kejadian pertama yang dijadikan sebagai patokan adalah turunnya Nabi Adam ke Bumi, sejak saat itu segala sesuatu yang terjadi dihitung berapa tahun lamanya sejak Adam turun ke Bumi. Selanjutnya ketika Nabi Nuh diutus, kejadian itu menjadi patokan baru sehingga segala kejadian setelahnya dihitung berapa lama setelah Nabi Nuh diutus. Selanjutnya patokan penanggalan menjadi tenggelamnya umat manusia kala itu, lalu berganti menjadi hari dimana Nabi Ibrahim dibakar.
Selepas dibakarnya Nabi Ibrahim, penanggalan terbagi menjadi dua, anak cucu Ishaq dan anak cucu Ismail. Anak cucu Ishaq menjadikan diutusnya Nabi Yusuf sebagai patokan, lalu diutusnya Nabi Musa, Lalu diutusnya Nabi Sulaiman, lalu menjadikan diutusnya Nabi Isa sebagai penanggalan. Sementara anak cucu Ismail menjadikan hari dibangunnya Ka’bah menjadi patokan menggantikan hari dibakarnya Ibrahim, setelahnya penanggalan yang digunakan bangsa Arab kala itu kurang memiliki kejelasan, setiap ada orang besar yang keluar, mereka menjadikannya patokan penanggalan, sampai dating tahun gajah yang menjadi akhir dari mode penanggalan ini.
Asas yang digunakan bangsa-bangsa terdahulu ini masih diambil dan digunakan oleh umat islam ketika mereka ingin membuat kalender Hijrian, yang dimana mereka menjadikan Hijrah Nabi Muhammad menjadi patokan dalam penangalan Hijriah.
Baca juga: Haji Wada, Haji Pertama dan Terakhir Rasul Bersama Umatnya
Awal Mula Ide Penanggalan Hijriah
Pada awalnya umat Islam belum menggunakan kalender hijriah, bahkan tahun lahirnya nabi Muhammad terkenal dengan tahun gajah, yang dimana Abrahah menyerang Ka’bah saat itu dengan pasukan gajah. Sampai hari wafatnya nabi Muhammad, para sahabat belum menggunakan kalender Hijriah, namun banyak dari mereka yang pernah mendengar anjuran Rasulullah untuk membuat penanggalan islam sendiri, salah satunya yang disebutkan oleh Imam Suyuthi dalam kitab al Syamarikh fii ‘Ilmi Tarikh bahwasanya Rasulullah ketika menyuruh Ali untuk menulis surat kepada kaum Nasrani Najran, beliau berkata kepada Ali bahwa surat itu ditulis pada tahun ke lima setelah Hijrah.
Namun sampai hari dimana Rasulullah wafat, penanggalan Hijriah belum resmi direalisasikan, walaupun awal idenya sudah ada pada zaman Rasulullah. Hari berganti hari, tahun berganti tahun sampai tiba pada masa khalifah Umar bin Khattab, permasalahan mulai timbul dari tidak adanya penanggalan resmi. Permasalahan itu timbul saat Umar mengirim Surat kepada Wali Yaman untuk mengerjakan sesuatu pada bulan Rajab, karena jauhnya perjalanan, surat itu baru datang setelah bulan Rajab, sehingga membuat Wali Yaman kebingungan, Rajab yang mana? Apakah yang sudah lewat atau yang akan datang? Karena hal ini Umar mulai berfikir untuk membuat penanggalan resmi.
Setelah kejadian ini, Umar mengajak para sahabat untuk bermusyawarah menentukan awal penanggalan Hijriah, ada yang mengatakan hari lahirnya Nabi, tapi banyaknya perbedaan mengenai hari lahirnya Nabi menjadikan pendapat ini lemah. Sahabat lain mengatakan hari wafatnya Rasul, namun hari itu adalah hari yang penuh kesedihan. Lalu Imam Ali memberi solusi untuk menjadikan Hijrah sebagai awal penanggalan Hijriah.
Selanjutnya para sahabat berdebat, bulan apa yang mereka jadikan awal bulan hijriah, setelah perdebatan yang cukup Panjang, mereka menjadikan bulan Muharram sebagai awal bulan Hijriah, karena memiliki banyak hal penting di dalamnya. Sekarang kita mengetahui, kenapa awal tahun Hijriah adalah bulan Muharram, padahal Hijrah Nabi dilakukan pada bulan Rabi’ul Awwal.
Penanggalan Hijriah yang memilih Hijrah Nabi sebagai patokan bukan terjadi begitu saja, ada pesan dibalik itu, bahwa pergantian tahun sebagai umat Islam adalah titik untuk berhijrah dari kebiasaan lama yang buruk menjadi pribadi yang lebih baik, sebagaimana semangat hijrah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Wallahu a’lam
_
Penulis:
Fikri Hakim,
Alumni Fakultas Ushuluddin Program Studi Tafsir, Al-Azhar – Kairo.
Editor:
Azman Hamdika Syafaat