Download aplikasi Takwa di Google Play Store

Memahami Definisi Taqwa Al Ghazali dari Kitabnya, “Bidayatul Hidayah”

Memahami Definisi Taqwa Al Ghazali dari Kitabnya, “Bidayatul Hidayah”

Perkembangan istilah dalam bahasa Arab terbilang cepat setelah munculnya Islam. Muncul istilah-istilah baru dengan pengertian khusus beriringan dengan munculnya berbagai istilah keislaman. Salah satu yang mendapatkan penyegaran makna adalah ‘taqwa’, definisi taqwa menurut kamus-kamus arab berputar pada arti menjaga, namun saat ‘taqwa’ dikaitkan dengan perbuatan hamba pada tuhannya maka pengertiannya akan lebih mendalam.

Salah satu ulama yang turut membahas perkara taqwa ialah Abu Hamid Al Ghazali, seorang ulama besar asal Thus, yang kini berada di salah satu daerah negara Iran. Beliau dikenal dengan Magnum Octopus-nya Ihya Ulumiddin, sebuah kitab yang membahas secara mendetail perkara hati dan akhlak. Selain Ihya, imam Al Ghazali mengarang banyak buku yang berkaitan tentang akhlak salah satunya adalah Bidayatul Hidayah.

Bidayatul Hidayah adalah sebuah kitab bergenre akhlak, di mana Al Ghazali membahas secara singkat tentang perkara “hidayah”. Beliau menjelaskan hidayah adalah buah dari ilmu, dan ia memiliki ‘awalan’ dan ‘akhiran’. Seseorang tidak akan bisa mencapai akhir kecuali ia telah menguasai dan menjalani awal yang baik.

Definisi Taqwa menurut Al Ghazali dalam Bidayatul Hidayah

Beliau berkata dalam Bidayatul Hidayah, taqwa adalah: ‘Ibaaratun ‘an Imtitsali awaamirillahi ta’aala wajtinaabi nawaahiih, melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangannya. Beliau menjelaskan awal dari hidayah, atau petunjuk adalah zaahiratut taqwa, penampakan jasmani dalam ketakwaan, dan akhirnya adalah penampakan rohani dalam ketakwaan.

Dengan ini taqwa menurut Al Ghazali seperti jalan panjang yang perlu dilalui oleh seorang muslim untuk mencapai Tuhannya. Jalan ini mengharuskan seluruh elemen manusia mengerjakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Maksudnya, manusia dihimbau untuk selalu awas dalam setiap keadaan baik jasmani, akal, atau jiwa dan memastikan bahwa seluruhnya dalam dimensi ketakwaan.

Lebih dalam dalam lagi, Al Ghazali menjelaskan tiga hal awal untuk memulai sebuah hidayah. Pertama, ketaatan atas perintah. Bagian ini diejawantahkan oleh imam Ghazali dalam adab/norma keseharian seorang muslim. Dalam kitab ini beliau menjelaskan secara lengkap tentang adab seorang muslim mulai dari ia bangun hingga terlelap. Selanjutnya, sang Imam menjelaskan perkara adab dalam melaksanakan ibadah; shalat, puasa dlsb.

Di sini beliau menjabarkan adab-adab seorang muslim saat bangun tidur, dzikir apa saja yang perlu dibaca. Kemudian setelahnya, saat fajar menyingsing apa yang perlu dilakukan seorang hamba, dzikir yang perlu dibaca, hingga ibadah sunnah apa saja yang perlu dilakukan, hingga Al Ghazali menutup pembahasan dalam adab tidur.

Install Takwa App

Selain itu Al Ghazali menekankan definisi dalam taqwa, seseorang harus selalu mengingat dan tersambung jiwanya pada Allah SWT, Dzat yang selalu membersamainya. Kedua, meninggalkan maksiat. Al Ghazali menjelaskan bagaimana seseorang diharuskan untuk menjaga karunia Allah SWT berupa raga agar dimaksimalkan untuk perbuatan baik dan tidak dilakukan untuk kemaksiatan. Beliau memberikan tekanan pada berbagai kejahatan dan dosa yang dapat menjadi peluang bisikan setan memasuki hati manusia.

Misalnya, dalam perkara menjaga lisan, seorang manusia perlu menghindari 8 perkara: Dusta, mengingkari janji, ghibah, perdebatan, menganggap baik diri sendiri, melaknat, mendoakan keburukan bagi seseorang, candaan/ejekan/sindiran. Al Ghazali menjelaskan secara singkat penyakit lisan dan dampak yang terjadi dari perbuatan tersebut. Selain menyebutkan maksiat badan, Al Ghazali juga menyebutkan secara singkat tentang maksiat jiwa.

Ketiga, berinteraksi dengan ciptaan Allah SWT. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas dari kebutuhan antar sesama. Namun, manusia pada kenyataannya berbeda satu sama lainnya, dari situ Imam Al Ghazali dalam tulisannya menuntun hamba untuk memilah milih saudara yang dapat menyelamatkannya dan mendorongnya dalam ketaatan.

Baca juga: 4 Materi Belajar Akhlak Untuk Anak dari Al Quran dan Sunnah

Bisa dibilang definisi taqwa menurut Al Ghazali dalam kitab Bidayah Hidayah ini terasa “menggantung”. Namun beliau mengklaim, bahwa sebagai permulaan jalan taqwa, 3 perkara ini cukup bagi seorang hamba untuk dilalui. Pertama, ketaatan, kedua, meninggalkan maksiat, ketiga adab berinteraksi dengan sesama manusia. Untuk pembahasan ketakwaan yang lebih mendetail beliau menyarankan agar membaca kitab Ihya Ulumiddin.

Wallahua’lam bishowab

_

 

Penulis:

Albi Tisnadi Ramadhan,

Sedang menempuh studi di Universitas Al Azhar, Kairo. Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab.

 

Editor:

Azman Hamdika Syafaat

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *