Setiap makhluk hidup di muka bumi ini akan mati. Itu adalah siklus kehidupan yang dapat dilihat secara nyata oleh mata telanjang manusia. Akan tetapi sebagai umat Islam yang mempercayai eksistensi hal immateril, terdapat sebuah partikel yang menjadi sumber dari segala kehidupan, yang juga semua akan kembali ke padanya. Dia adalah Allah Swt, yang memiliki sifat Hayyun, Yang Maha Hidup. Dialah yang tidak terbatas waktu keberadaannya, akan tetap hidup dan tidak akan mati.
Sifat hayyun, adalah satu dari tujuh sifat ma’any diskursus ketuhanan (akidah) Islam. Sama seperti sifat ma’any lainnya, hayyun adalah perwujudan sifat kehidupan yang melazimkan keberadaannya dengan Dzat Allah Swt. Secara istilah, hayyun bermakna sifat azali yang karenanya terdapat sifat-sifat ma’any lainnya: Qudrah, iradah, ilmun, sama’, bashar, dan kalam. Dengan ini dapat difahami sifat-sifat hayyun menjadi sebuah keharusan suatu dzat itu ada.
Para ulama merangkum dalil sifat hayyun berbagai teks keagamaan seperti Al Quran dan Hadis nabi Saw, salah satunya adalah:
- Al Baqarah 155 (ayat kursi):
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)” Sebagaimana jamak diketahui ayat kursi dianggap oleh banyak ulama sebagai ayat teragung di dalam Al Quran. Di antara kekhususannya adalah karena terdapat banyak sifat-sifat Allah Swt, dan Hayyun adalah sifa ke dua yang disebutkan setelah sifat pertama yaitu, tiada tuhan selain Dia.
QS Ghafir 65:
هُوَ ٱلْحَىُّ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَٱدْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ ۗ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
“Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.” Tentang ayat ini Imam Athobari dalam ta berkata, “Dia-lah yang hidup dan tidak mati, yang kehidupannya tetap, setiap yang hidup selain dari pada Dia akan terputus dan tidak tetap.”
Selain dari pada ayat Al Quran, sifat hayyun juga kerap disebutkan Rasulullah Saw untuk menanamkan keyakinan yang kuat ke pada umatnya, di antara hadis Rasulullah Saw adalah sebuah doa yang kerap beliau baca selepas melaksanakan sholat:
استغفر الله العظيم الذي لا اله الا هو الحي القيوم و أتوب اليه
“Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup dan Selalu mengurus makhluk-Nya dan aku bertaubat kepada-Nya”
Implementasi sifat Hayyun dalam kehidupan muslim
Dr Abdullah Janany, dalam Sa’adatul Anam Bisyarhi Aqidatil ‘Awwam menjelaskan Tidak seperti sifat ma’any lainnya yang melazimkan sebuah sifat lainnya seperti sifat sama’ yang mengharuskan ada dzat yang Dia dengar, sifat hayyun tidak mengharuskan ada kehidupan lainnya. Hal ini memperjelas bahwa Allah Swt hakikatnya tidak membutuhkan siapapun dan apapun, sebaliknya justru seluruh hamba-Nya bergantung kepada kuasa dan kasih sayang-Nya.
Baca juga: Baqa, Tiada yang Kekal Selain Dia
Dengan ini, dalam menjalani kehidupannya seorang manusia yang iman dalam hatinya kuat serta mengamini bahwa Dia adalah yang maha hidup dan tidak akan mati tentu akan berusaha segenap kemampuan yang telah Allah Swt titipkan kepadanya. Dalam menjalani pekerjaan seorang hamba yang taat akan mencoba melaksanakan semaksimal mungkin. Dan apabila dipercaya untuk mengemban sebuah amanah, ia akan menunaikannya dengan sungguh-sungguh disertai tawakal dalam segala geraknya.
Selain itu manusia yang menyadari bahwa kehidupan yang ia jalani hanya sementara, berawal dari tangis saat dia dilahirkan dan berakhir pada gerbang kematian tentu akan bertindak-tanduk sepantasnya. Ia akan memanfaatkan waktu yang tersisa dalam ketaatan dan ibadah serta dzikir dan menjauhi segala larangan dan dosa yang diharamkan untuknya. Dari itu Allah Swt mengajarkan kepada manusia untuk membaca Al fatihah yang di dalamnya terdapat doa untuk selalu diberikan jalan yang lurus. Ihdinas shiraathal mustaqim, yang artinya ‘tunjukilah kami jalan yang lurus.’
Wallahua’lam bishowab.
_
Penulis:
Albi Tisnadi Ramadhan,
Sedang menempuh studi di Universitas Al Azhar, Kairo. Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab.
Editor:
Azman Hamdika Syafaat