Hari itu adalah hari di mana Mekkah, kota suci itu dibebaskan. Rasulullah SAW beserta para sahabatnya berduyun-duyun menapaki jalan menuju Ka’bah. Hampir tidak ada perlawanan dari penduduk kota Mekkah. Setelah tiba, Rasulullah SAW lantas memerintahkan Bilal bin Rabbah, Sang Muadzin Rasulullah untuk naik ke atas Ka’bah dan menyuarakan adzan.
Dapat dibayangkan bagaimana Allah SWT telah membalikkan keadaan. Bilal bin Rabbah yang dulu hanya sebagai budak hitam keturunan Habasyah, dan mengabdi pada kabilah Bani Jumah, salah satu Kabilah dari bangsa Quraisy. Dalam peristiwa Fathu Mekkah, Bilal naik ke atas Mekkah dan dengan merdunya melantunkan adzan di hadapan para tuan-tuan yang dulu pernah menyiksanya.
Mengenal Bilal bin Rabbah
Begitulah Islam yang dapat meninggikan derajat siapapun yang beriman. Bilal bin Rabbah adalah shahabat Rasulullah SAW yang amat mulia. Beliau termasuk dari kalangan yang pertama masuk Islam dari kalangan budak. Karena statusnya sebagai hamba sahaya, tidak jarang Bilal disiksa oleh para majikannya agar kembali kafir ke pada agama kaum kafir Quraisy.
Ibnu Mas’ud Ra berkata: “orang-orang pertama yang menunjukan keislamannya ada 7: Rasulullah SAW, Abu Bakar, Ammar dan ibunya Sumayyah, Bilal, Shuhaib dan Miqdad. Rasulullah SAW dilarang oleh pamannya, Abu Bakar dilarang oleh kaumnya sementara yang lainnya disiksa.” Tuan dari Bilal bernama Umayyah bin Khalaf, salah seorang pembesar berpengaruh bangsa Quraisy.
Sejak awal dia tidak menyukai Islam, dan kerap menyiksa kaum-kaum lemah. kemudian saat mendengar bahwa budak kepemilikannya yaitu Bilal bin Rabbah berislam ia pun murka. Diriwayatkan oleh ‘Amir Asy Sya’by, Tuan dari kabilah Jamh menyiksa dan menaruh batu besar di atas perutnya, dan mengatakan “katakan lah agama mu Laata dan Uzza.”
Sebagaimana diketahui, tuan itu adalah Umayyah. Bila matahari menyingising, dia membawa Bilal ke tengah kota Mekkah, menarik dan menaruh batu di atasnya, dia berkata “dia akan terus seperti itu hingga mati atau berpaling dari Muhammad.” Kemudian Bilal berkata, “rabbiyallah.. ahad.. ahad” (Tuhan ku Allah Satu.. satu..)
Kemudian Abu Bakar melintas dan melihat kondisi mengenaskan tersebut, lantas beliau RA membeli Bilal dengan sejumlah perak dan membebaskannya. Kebebasan ini menjadi sebuah awal dari perjuangan Bilal dalam Islam. Dan turut serta dalam seluruh peperangan bersama Rasulullah SAW. Salah satunya adalah peperangan Badar, di mana ia berhasil membunuh tuannya, Umayyah bin Khalaf.
Bilal turut serta hijrah ke Madinah, dan oleh Rasulullah SAW beliau dipersaudarakan dengan Sa’d bin Khaitsanah. Ketika adzan sudah disyariatkan Bilal menjadi muadzin pertama Rasulullah. Sejarah mencatat, selain Bilal Rasulullah memiliki 2 orang muadzin dari para shahabat, mereka adalah Abu Mahdzurah Al Jamhi dan Amru bin Ummi Maktum. Apabila Bilal berhalangan maka Abu Mahdzurah menggantikannya dan apabila Abu Mahdzurah berhalangan maka Amru melaksanakan adzan.
Sepeninggal nabi Muhammad SAW, Bilal enggan untuk kembali mengumandangkan adzan. Suatu ketika pernah sekali beliau adzan atas permintaan dari orang-orang, kemudian beilau adzan hingga sampai pada kalimat “Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah” adzannya terhenti karena isak tangis yang juga diikuti oleh seluruh yang mendengar adzannya saat itu.
Di masa kepemimpinan Abu Bakar Ash Shiddiq, Bilal meminta untuk turut serta dalam ekspansi perluasan Islam, namun Abu Bakar menolak dan berkata padanya, “aku mengatakan pada mu wahai Bilal, engkau telah menolak (beradzan) dan itu adalah hak Ku, aku telah tua dan melemah, ajal ku telah dekat.” Dari itu Bilal bin Rabbah berdiam bersama Abu Bakar hingga wafat.
Sepeninggal Abu Bakar, Umar bin Khattab Amirul Mukminin meminta hal serupa pada Bilal. Kemudian ia pun beradzan untuk Umar, namun ia memilih untuk turut serta ke negeri Syam bersama pasukan Islam. Diriwayatkan beliau wafat di Syam, akan tetapi sejarawan berselisih pendapat dalam tahun kewafatannya. Umurnya dikatakan mendekati 70 tahun.
Baca juga: 10 orang sahabat yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW
Dari Bilal bin Rabbah kita dapat belajar ketabahan yang amat luhur dan keimanan adalah sebuah nilai yang tiada ada harganya. Keteguhan itu pada akhirnya akan terbalas juga, dalam hal ini Bilal diberikan keutamaan sebagai salah seorang shahabat terdekat nabi, sekaligus Muadzin pertamanya. Rahimahullah bilal.
Wallahu’alam bishowab.
_
Penulis:
Albi Tisnadi Ramadhan,
Sedang menempuh studi di Universitas Al Azhar, Kairo. Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab.
Editor:
Azman Hamdika Syafaat