Salah satu cara bagi seorang hamba untuk memahami ajaran bersyukur adalah dengan cara mentadabburi sebuah kisah. Al kisah, seorang miskin datang pada seorang ustadz tentang kemiskinannya yang nampak tiada akhirnya. Kemudian terjadilah dialog antara sang ustadz dengan si miskin:
Ustadz bertanya, “apakah engkau mau aku berikan uang 100 juta untuk ke dua mata mu?”
Lantas dijawab, “tidak”
“apakah engkau mau aku berikan uang 100 juta untuk lisan mu?”
“tidak”
“apakah engkau mau aku berikan uang 100 juta dengan memberikan kewarasan mu?”
“tidak”
“apakah engkau mau aku berikan uang 200 juta untuk kedua kaki dan tangan mu?”
“tidak”
“lihat lah, bahkan Allah telah memberi mu lebih dari 500 juta untuk mu, apakah engkau tidak bersyukur atas nikmat tersebut?”
Bersyukur adalah seni menikmati rezeki
Meskipun kisah di atas kenyataannya tidak dapat memberikan “solusi” untuk kemiskinan orang tadi, akan tetapi lebih dari itu, sang Ustadz memberikan jalan keluar yang lebih penting dari sekedar sedekah atau pemberian. Sang Ustadz memberikan salah satu kunci hidup yang terpenting, yaitu seni dalam bersyukur.
Kisah di atas juga mengingatkan bahwa nikmat Allah terus meliputi kita baik disadari ataupun tidak. Maka bersyukur adalah sebuah keharusan sekaligus tujuan bagi umat Muslim sebagai bentuk rasa terima kasih pada Sang Maha Kuasa. Jadi kata syukur tidak terbatas pada keadaan tertentu.
وَاللَّـهُ أَخرَجَكُم مِن بُطونِ أُمَّهاتِكُم لا تَعلَمونَ شَيئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمعَ وَالأَبصارَ وَالأَفئِدَةَ لَعَلَّكُم تَشكُرونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.” QS An Nahl, 78
Allah SWT telah menjamin orang-orang yang memperbanyak syukur akan diberikan keridoan, penjagaan serta penambahan karunianya, sebagaimana Allah SWT jelaskan dalam ayat-ayat berikut.
مَّا يَفْعَلُ اللَّـهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَآمَنتُمْ وَكَانَ اللَّـهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui. (QS An Nisa, 147)
وَإِذ تَأَذَّنَ رَبُّكُم لَئِن شَكَرتُم لَأَزيدَنَّكُم وَلَئِن كَفَرتُم إِنَّ عَذابي لَشَديدٌ
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS Ibrahim, 7)
إِن تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّـهَ غَنِيٌّ عَنكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِن تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; (QS Az Zumar, 7)
Sungguh besar karunia Allah bagi orang-orang yang pandai dalam bersyukur. Ia mengetahui segala yang dimilikinya saat ini adalah pemberian dan karunia Allah SWT. Dari itu ia memberanyak hamdallah sebagai bentuk pujian untuk Allah SWT atas segala nikmat-Nya. Kemudian, ia akan mempergunakan segala karunia itu dengan sebaik-baiknya dan tidak lupa akan hak orang lain.
Bagi orang kaya tentu frasa bersyukur tidak akan nampak keutamaannya tanpa perbuatan. Memberi orang-orang yang membutuhkan adalah sebuah bentuk rasa syukur pada sang Pencipta. Orang kaya yang bersyukur selalu menyadari bahwa harta yang dititipkan padanya sementara dan akan dipertanggungjawabkan kelak di hari akhir.
Salah satu sifat Allah SWT dalam Asmaul Husna-Nya ialah Syakir dan Syakur, yang berarti maha penerima amalan hamba-hamba yang berbuat baik. Namun perlu dibedakan antara perbuatan syukur hamba dan Sang Pencipta. Dalam bersyukur, Allah SWT melipatgandakan ganjaran amalan hamba-hambanya. Matematika yang Allah gunakan tidak lah sama, Dia melipatgandakan amalan hamba sesuai dengan yang Dia kehendaki.
Baca juga: Mengenal Nasab Nabi SAW yang Mulia
Para pembaca yang mulia, syukur adalah lawan kata dari kufur, yang berarti menafikan dan buta akan nikmat Allah SWT. Biasanya mereka tertipu oleh untaian manis kehidupan dunia sehingga ditutup oleh Allah SWT hatinya untuk mengingat-Nya. Dari itu hendaklah kita merenungi sampai sejauh mana syukur kita, sungguh banyak nikmat yang Allah berikan pada kita sehingga kita pun tidak mampu untuk menghitungnya.
وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
“andai kalian menghitung nikmat Allah tidak lah kalian dapat kalian menghitungnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.” An Nahl 18.
Wallahua’lam bishowab
_
Penulis:
Albi Tisnadi Ramadhan,
Sedang menempuh studi di Universitas Al Azhar, Kairo. Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab.
Editor:
Azman Hamdika Syafaat